Lama tidak bertemu Nadia, suatu malam ketika una dan kawan kawan Indo una maen bowling, tanpa sengaja kami bertemu disana. Nadia pun memperkenalkan kakak perempuannya bernama Naderah yang baru saja tiba dari Palestina untuk menemui dirinya. Pertemuan kamipun berakhir karna Nadia dan kakaknya harus pulang lebih dulu. Selang beberapa hari kemudian, Una dapat call dari Nadia. Nadia mengundang una dan beberapa teman Indo una untuk berbuka puasa bersama di rumahnya hari kamis (tadi malam). Tanpa ragu, unapun mengiyakan dan.. inilah awal ceritanya gimana bisa buka puasa di Palestina.
Una dan dua teman (Kak Sarah & Mbak Dami) tiba di rumah Nadia tak lama setelah magrib sekitar pukul 09.10 pm. Dari luar memang terlihat banyak mobil yang menunjukkan bahwa Nadia juga mengundang teman lainnya. Una dan kawan una pun masuk disambut oleh Nadia dan Naderah serta putri Naderah. Disana ternyata ada beberapa teman yang juga una kenal dan una ketahui merupakan keturunan Palestina (Shereen, kakak dan mamanya). Setelah saling sapa kamipun shalat maghrib dan kemudian dilanjutkan dengan acara puncak dan yang paling menarik malam itu yaitu jamuan makannya ^__^
Dari kejauhan main dish atau makanan utama malam itu sudah dapat dilihat. Dua talam nasi mirip briyani tampak tersaji di dapur Nadia. Makanan yang mirip briyani itu bernama Maqloubeh. Maqloubeh adalah sajian khas negara arab seperti Palestina, Jordan dan Syria yang berupa nasi kuning berempah yang dimasak dan disajikan bersama daging seperti ayam atau kambing. Uniknya karna ketika dimasak ditumpuk sehingga ketika dikeluarkan dari panci, maka akan tampak daging tersusun diatas nasi. Inilah dasarnya dinamakan Maqloubeh yang berarti upside down (dibalik atau ditumpuk). Disamping maqloubeh, adapula salad dari berbagai jenis sayuran segar dilengkapi dengan Labne atau yougurt yang dicampur dengan bawang putih, minyak zaitun dan seledri. Adapula Hummus yang mirip saus kacangnya Indonesia, tapi ini dibuat dari jenis kacang yang berbeda yaitu chickpeas atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama kacang arab atau kacang kuda dalam bahasa melayu.Hummus ini dapat disantap bersama roti khas Arab berupa roti pita atau roti khobz.
Ketika sedang menata makanan di piring, tampak sebuah sajian makanan yang terlihat sangat familiar dan mirip makanan Indonesia. Kalo di Indo nih, makanan ini miriiiiiip banget sama yang namanya buncis atau kacang panjang tumis. Dan bener aja, rupa-nya semirip rasa-nya. Cuma, makanan ini di Palestina dikenal dengan nama Fasolia Khadra Bzayt hehehe bagus ya namanya, kayak nama orang. Kalau diartikan dari namanya, makanan ini berarti "kacang hijau dan minyak zaitun". Ternyata di Palestina, jenis sayuran tumis ini biasa dimakan bersama roti atau nasi.
Setelah dimanjakan dengan makanan utama, tibalah saatnya mencicipi makanan pencuci mulut atau dessert. Nadia pun menyediakan satu talam Baklava yaitu kue manis yang mirip pastry yang disisipi kacang, kayu manis dan gula di setiap lapisan nya. Bedanya dari pastry, kue ini lebih moist karna banyak menggunakan mentega. Baklava ini sangat nikmat bila disantap dengan yang namanya sage tea yaitu tea yang dicampur jenis daun herbal sage yang memiliki banyak khasiat. Ada juga kopi arab khas Palestina yang rasanya lebih mirip bandrek. Kopi ini tidak seperti kopi di Indonesia pada umumnya yang disajikan dalam cangkir ukuran sedang atau gelas, Kopi arab ini disajikan dalam cangkir kecil. Mungkin karna rasanya yang strong banget, sehingga cukup segelas kecil untuk menikmatinya dan kalau mau lagi tinggal nambah.
Sambil menikmati makanan pencuci mulut, kamipun larut dalam perbincangan tentang adat dan budaya umum serta budaya ramadhan di negara masing. Sambil lalu una pun menyempatkan diri bertanya pada Naderah tentang perjalanannya ke Amerika karna berbeda dengan Nadia yang memang sudah 30 tahun lebih menetap di Amerika, Naderah adalah warga negara Palestina yang menetap di Jerusalem. Naderah pun bercerita bahwa dirinya berangkat ke Amerika melalu bandara Tel Aviv di Israel karna hanya itu satu satunya bandara disana dan untuk ke Tel Aviv, Naderah layaknya warga Palestina lainnya yang hendak ke Israel harus melalui post perbatasan yang dijaga ketat ditambah lagi harus membayar sejumlah uang di perbatasan untuk bisa keluar. Mendengar cerita ini langsung dari saudara seiman yang berasal dari Palestina, sungguh suatu pengalaman yang berharga. Membuat diri banyak bersyukur atas nikmat Allah yang memberikan kenikmatan dan kemudahan yang tak terhingga dalam kehidupan una selama ini.
Bersyukurlah kita yang masih bisa menghirup udara kehidupan untuk dapat tinggal di negri sendiri dan selamat serta aman ketika harus bepergian. Karena banyak sodara kita di luar sana yang jangankan untuk bepergian, hidup di negri mereka sendiri saja tidak bebas ataupun aman. Subhanallah Walhamdulillah Wa Laailaahaillallah Huallahu Akbar
Semoga ramadhan ini membawa berkah bagi sodara sodara kita yang sedang mengalami konflik di negri mereka. Aaamiiin YRA
No comments:
Post a Comment