3 bulan lalu saya baru saja pulang ke Indonesia dari US
karna saya berencana menyelesaikan thesis s2 saya di Indo dengan pertimbangan
lebih hemat dari sisi ekonomi. Semua menentang keputusan saya, termasuk Bunda
dan advisor saya dengan alasan saya tidak akan fokus di Indo. Tapi saya insist
(maksa) ingin pulang dengan berbagai alasan. Sampai akhirnya ketika saya
seminggu pertama di Indo, saya tidak dapat focus dan merasa “mungkin keputusan saya salah”
3 minggu pertama di Indo, kondisi Ayah saya terus melemah
namun tidak drastis. Minggu ke 4 saya mendapat kabar duka dari satu satu nya
paman saya dari sisi ayah saya (abang dari ayah saya). Beliau kembali menghadap
Allah setelah sempat diopname di Rumah Sakit. Saya sangat bersyukur karna Allah
mengizinkan saya bertemu dengan beliau ketika beliau dirawat di Rumah Sakit.
Rasanya lebih dari 5 tahun kami tidak bertemu dan tidak pernah saya duga bahwa
itu akhir pertemuan kami disaat beliau masih bernyawa.
Saya pun berfikir, mungkin inilah kenapa Allah menakdirkan
kepulangan saya ke Banda Aceh.
Minggu ke 5 ayah saya sakitnya bertambah parah dan ayah dan
saya berencana berangkat berobat ke Malaysia bersama saya dan Bunda. Sayangnya
di minggu ke 6 saya di Indonesia kami terpaksa tidak jadi berangkat karna ayah
drop tidak sadarkan diri dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Minggu ke 7 kami habiskan bersama keluarga di rumah sakit
karna ayah harus dirawat setelah menjalani operasi. Di minggu minggu ini saya
semakin yakin bahwa ini semua rencana Allah. Walaupun sedih, rasa syukur atas
kesempatan berada disisi ayah dimasa sulitnya jauh lebih besar dan berarti.
Minggu ke 8 kami kembali ke rumah dan memutuskan rawat jalan.
Minggu 8-11 kami habiskan bersama di rumah dengan mengupayakan berbagai
pengobatan kepada beliau dan tentunya memotivasi beliau untuk terus berjuang
melawan penyakitnya. Alhamdulillah dengan kondisi yang naik-turun, ayah
menunjukkan semangat beliau untuk sembuh. Sempat saya mengatakan pada ayah
bahwa saya akan menunda kepulangan saya dan melanjutkan studi di semester
berikutnya demi beliau, namun jawaban beliau adalah “apa yang una bilang itu nak, jangan!” Maksud beliau adalah agar
saya tetap dengan rencana saya untuk kembali ke US di bulan desember dan segera
menyelesaikan studi saya.
Minggu ke 12 saya harus kembali ke US, di hari saya kembali,
saya habiskan waktu waktu terakhir saya bersama beliau. Saya suapi makannya,
potong kukunya, dan saya cukur jenggotnya hingga wajah ayah terlihat bersih.
Ayah tidak seperti biasanya, hari itu beliau terlihat bersemangat. Ayah juga
jauh lebih responsive dengan tingkat kesadaran yang lebih baik dari biasanya. Akhirnya
tibalah waktu saya untuk berangkat ke bandara. Tidak seperti biasanya saat
melepas kepergian saya, kali ini Ayah berkata “selamat jalan” smoga cepat selesai dan dua kecupan dari saya ke
wajah Ayah menjadi salam perpisahan terakhir kami. Sedih rasanya namun saya
tepis jauh jauh perasaan itu karna saya yakin saya akan kembali bertemu Ayah di
awal maret nanti setelah menyelesaikan sidang akhir thesis saya.
Sejak menginjakkan kaki di Negri Paman Sam ini, tidak satu
haripun saya lupa menanyakan ke adik laki laki saya tentang kabar ayah. Awal
minggu pertama saya di US saya sempatkan untuk skype dengan beliau dan tenang
rasanya saya melihat beliau sadar dan tidak lupa seperti biasanya (Ayah saya
sebelumnya sering hilang ingatan sesaat).
Hari hari berikutnya di minggu pertama saya di US saya
sempat 2 hari tidak dapat kabar dari adik saya yg membuat saya khawatir sampai
akhirnya saya mendapat kabar di malam selasa bahwa beliau sudah 2 hari dirawat
di rumah sakit.
Mendengar kabar tersebut tentunya bagaikan petir di siang
hari. Namun adik saya selalu menenangkan saya dengan berkata "ayah is doing alright Kak Una"
Selasa kemarin saya sungguh tidak tenang. Rasanya selalu
ingin menangis entah kenapa. Malam rabu saya mengapat kabar grmbira dari teman
saya yg membuat saya sangaaaat bahagia namun menangis mengingat ayah saya
hingga saya berdoa
"Yaaa Allah, jika
engkau dengar doaku untuknya maka dengarkanlah doaku untuk ayah ku"
Malam itu saya entah mengapa terus mengingat ayah saya. Saya
mulai berdoa untuk kesembuhan beliau sampai akhirnya saya focus berdoa
"Ya Allah, Jika
tiba waktunya ayah harus kembali kepada Mu ya Allah. Slamatkanlah Imannya dan
izinkan beliau kembali kepadamu dengan cara khusnul khatimah"
Saya terus fokus dengan doa tersebut dan terus menangis
hingga malam itu sayapun terlelap dalam tangisan dan doa saya. Rabu pagi dini
hari jam 5 waktu midwest USA atau menjelang magrib di Banda Aceh, Saya
terbangun mendengar notification bbm dari kakak sepupu saya di jakarta. Dia pun
menanyakan apakah saya sudah mendapat kabar?
Saya liat status bbm Kakak sepupu saya bertuliskan
"Selamat jalan om"
Sontak saya bertanya “siapa
yg meninggal?”
Dan kakak sepupu saya menjawab
Bahwa ayah saya telah meninggalkan saya untuk selamanya.
Penyesalan.. Kesedihan.. Sakit yg tidak dapat saya ucapkan
tiba tiba mengambil semua energi saya untuk menangis dan terus menangis.
Ditemani roommate saya, Saya menangis menanhan rasa sakit ditinggal Ayah.
Tapi setelah saya tenang saya istighfar dan mensyukuri
betapa indahnya rencana Allah dan betapa indah cara Allah mengambil kembali
ayah yg sangat saya cintai dan sayangi, tidak ada yang saya sesali karna ini
adalah kebaikan dari Allah.
- Kebaikan atas pertemuan saya dan keluarga saya
- Kebaikan atas akhir penderitaan ayah saya atas sakitnya
- Kebaikan telah memberi saya kesempatan merawatnya dan menghabiskan waktu bersamanya
- Kebaikan karna Allah menghapus dosa-dosa ayah selama ayah menderita dalam sakitnya
- Kebaikan karna memberikan saya teman-teman yg baik yg menyemangati saya hingga saya bisa tabah dan tegar.
·
فَبِأَيِّ آلاءِ
رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ.
(Q.S: Arrahman)
“Maka Nikmat Tuhan Kamu yang Manakah yang Kamu Dustakan”
Jika saya menangis sekarang ini, saya bahagia dan bersyukur
karna tangis saya bukan tangis penyesalan tapi tangis rindu dan kebahagiaan
mengenang kebersamaan saya bersama ayah, menjadi satu satu nya anak perempuan
ayah dan menjadi anak tertuanya, kakak bagi dua adik laki laki saya.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
(Q.S: Al Insyirah: 5-6)
“Karena sesunggunya sesudah kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”
No comments:
Post a Comment