Salah satu kenangan terbesar Una akan tsunami 2004 adalah
kebesaran Allah memberikan kesempatan hidup bagi keluarga kami khususnya bagi
Ayah Una tercinta
Belum Ajal
Seminggu tepatnya sebelum tsunami terjadi, Ayah sedang ada
dinas di Meulaboh/Nagan Raya. Beliau harusnya pulang tepat hari minggu 26
Desember 2004. Tapi beliau memutuskan pulang lebih awal yaitu hari jumatnya
karna hari minggu sore una harus kembali masuk asrama SMAN 10 Fajar Harapan
Banda Aceh dan seninnya Una dan Opin akan menghadapi ujian semester di sekolah
kami masing masing (Opin waktu itu masih sekolah di MTsN I Model Banda Aceh).
Alhamdulillah Ayah tidak pulang ke Banda hari minggu.. Alhamdulillah
Ayah selamat.
Hari minggu 26 Desember 2004, sesaat setelah gempa, ayah
keluar dari rumah tidak lama sebelum gelombang tsunami datang. Ketika Una,
Bunda, Cek Nas, Amira dan Aufa yang masih bayi menyelamatkan diri ke lantai 2,
yg ada dipikiran una adalah doa “Yaa.. Allah selamatkan Ayah.. Una belum siap
jadi yatim” duka menyaksikan amukan kedahsyatan tsunami dan membayangkan Ayah
yg telah tiada membuat mata ini menangis hingga tak berair mata. Beberapa jam
setelah tsunami reda kami diselamatkan oleh seseorang dan kamipun mengungsi ke
meunasah lamgugob. Tidak lama ayah datang dengan baju basah karna air tsunami
(karena ketika kembali pulang yang pertama Ayah lakukan adalah mencari kami di
rumah). Ternyata ayah selamat karna ada suara yg memanggilnya untuk melaju
kearah yg aman. Tidak bisa diungkapkan kebahagiaan dan haru yang kami rasakan
waktu itu.
Alhamdulillah Ayah tidak terkena gelombang tsunami..
Alhamdulillah Ayah selamat
Beberapa bulan setelah tsunami, ayah bolak balik kembali ke
rumah untuk bersih bersih(waktu itu kami masih mengungsi di rumah Ibuk di Lueng
Bata). Saat bersih bersih sekitar rumah, sebuah paku berkarat berukuran besar
dengan panjang se-ibu jari bersarang di telapak kaki kiri Ayah. Paku itu
menyebabkan luka yg cukup parah dan sakit yang lama bagi Ayah. Kondisi ayah
semakin mengkhawatirkan kami semua karna waktu itu Ayah juga penderita Dabetes
Militus (Waktu itu masih Tipe I). Luka kecil saja butuh waktu lebih panjang
dari orang normal untuk sembuh, apalagi luka dalam yg diakibatkan oleh paku
berkarat tersebut. Untungnya ditemani Pak Wo, Ayah ditangani oleh dokter asal
Korea yang waktu itu menjadi relawan, dan Ayahpun sembuh seperti sedia kala.
Alhamdulillah Ayah sembuh.. Alhamdulillah Ayah selamat
Hari ini diperingatan tsunami yang ke 9 Tahun, Ayah tidak
lagi bersama kami karna ini adalah hari ke 9 kepergiannya kembali menghadap
Allah Subhanahu Wata’ala.
Tapi syukur kami tidak akan pernah putus. Terima kasih Allah
memberikan extra 9 tahun bagi kami untuk menikmati waktu bersama Ayah. Jika
Allah menghendaki Allah bisa saja memanggil kembali Ayah 9 tahun yang lalu.
Tapi Allah Maha Baik (Pengasih & Penyayang) serta Maha Kuasa. Allah
memanggil Ayah di saat yang tepat.. yang baik baginya.
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ
الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى
وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا
تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ
الصَّالِحِينَ
(Q.S. An-Naml : 19)"
........ "Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap
mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan
masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh".
No comments:
Post a Comment